Jumat, 17 Juni 2011

SIMP Kesiswaan SMPN 8 Sarolangun



Rancang bangun SIMP yang ada di SMPN 8 Sarolangun dikembangkan dari Visi Misi yang telah ditetapkan oleh SMP. Adapun gambaran visi dan  misi  SMP Negeri 8 Sarolangun ini yaitu ;
a.      Visi SMPN 8 Sarolangun:
“PENGHASIL LULUSAN YANG BERPRESTASI BERWAWASAN IPTEK BERLANDASKAN IMTAQ”.
Adapun indikator dari ketercapaian visi SMPN 8 Sarolangun ini, yaitu :
1.      Berprestasi  dalam pencapaian ketuntasan kompetensi belajar
2.      Berprestasi dalam bidang sarana prasarana
3.      Berprestasi dalam bidang olahraga
4.      Berprestasi dalam bidang kesenian
5.      Berprestasi dalam disiplin
6.      Berprestasi dalam aktivitas keagamaan
7.      Berprestasi dalam lingkungan sekolah yang asri
8.      Berprestasi dalam partisipasi masyarakat

b.      Misi SMPN 8 Sarolangun
Misi merupakan penjabaran langkah-langkah untuk pencapaian sebuah visi. Misi SMPN 8 Sarolangun yaitu :
1.      Melaksanakan proses pembelajaran dan bimbingan secara intensif sehingga setiap siswa berkembang secara optimal
2.      Mengembangkan sarana dan prasarana serta alat dan bahan pembelajaran sesuai dengan standar pelayanan minimal dan tuntutan kurikulum
3.      Melaksanakan pembinaan dan pelatihan terpadu di bidang kegiatan olahraga sehingga setiap siswa meraih prestasi
4.      Melaksanakan pembinaan dan pelatihan di bidang kegiatan kesenian sehingga dapat dikembangkan secara optimal
5.      Melaksanakan pembiasaan berdisipln sehingga siswa dan warga sekolah lainnya taat pada peraturan yang telah dibuat dan disepakati
6.      Menumbuhkan pengalaman dan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak
7.      Penataan lingkungan yang asri, sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif
8.      Meningkatkan kerjasama yang harmonis dengan orang tua, masyarakat, dunia usaha dan alumni sehingga tumbuh partisipasi dukungan terhadap program sekolah.

Adapun Rancang Bangun Sistem Informasi Manajemen Pendidikan siswa dan lulusan SMPN 8 Sarolangun yaitu :
a.      Penerimaan siswa baru
Penerimaan siswa merupakan proses pelayanan dan pencatatan siswa dalam penerimaan siswa baru, setelah melalui seleksi masuk siswa baru dengan persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan. Dalam penerimaan siswa baru terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan seperti : penetapan daya tampung, penetapan persyaratan siswa yang akan diterima, dan pembentukan panitia penerimaan siswa baru.
1.      Penetapan daya tampung.
Jumlah siswa yang akan diterima di SMP didasarkan pada daya tampung kelas dan rasio murid dengan guru. Namun mengingat dalam wilayah Kecamatan Bathin VIII terdapat beberapa sekolah yang lain yaitu SMP /MTs, seringkali siswa yang mendaftar di SMPN 8 Sarolangun ini jumlahnya sedikit. Hal ini menyebabkan SMPN 8 tidak menetapkan daya tampung untuk menerima siswa yang masuk.              
2.      Persyaratan siswa yang akan diterima.
Calon Siswa yang akan diterima di SMPN 8 ini harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan. Seleksi yang dilakukan antara lain melalui tes, penelusuran bakat dan minat berdasarkan nilai STTB atau UN. Syarat-syarat pendaftaran yang ditetapkan oleh SMPN 8 Sarolangun antara lain :
a.       Mengisi formulir yang disediakan pihak sekolah
b.      Telah lulus dari SD/MI sederajat yang dibuktikan dengan fotokopi SKHU dan ijazah
c.       Pas photo
3.      Pembentukan panitia penerimaan siswa baru.
Panitia penerimaan siswa baru biasanya dibentuk pada saat pihak sekolah mengadakan rapat kenaikan kelas. Rapat kenaikan kelas diadakan menjelang akhir tahun pelajaran atau seminggu sebelum penerimaan raport siswa. Dalam rapat ini juga dibahas mengenai pembagian tugas guru dalam proses belajar mengajar semester berikutnya. Panitia penerimaan siswa baru terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan anggota. Panitia PSB bertugas merencakan dan menyiapkan semua kegiatan yang berkaitan dengan rekrutmen siswa baru.

b.      Pembinaan siswa
Pembinaan siswa merupakan pemberian pelayanan kepada siswa di sekolah baik pada jam pelajaran sekolah ataupun di luar jam pelajaran sekolah. Pembinaan yang dilakukan kepada siswa adalah agar siswa menyadari posisi dirinya sebagai pelajar dan dapat menyadari tugasnya secara baik. Beberapa hal  yang dilakukan dalam pembinaan siswa diantaranya :
1.      Memberikan orientasi kepada siswa baru
Siswa baru yang telah diterima di SMPN 8 Sarolangun diperkenalkan dengan situasi dan kondisi sekolah yang meliputi sarana prasarana sekolah,  kurikulum, tata tertib, guru dan hal-hal lainnya terkait dengan kegiatan pembelajaran. Masa orientasi sekolah (MOS) ini dilakukan selama satu minggu. Tujuan diadakannya MOS ini adalah agar siswa lebih memahami mengenai keadaan sekolah serta siap menghadapi situasi baru di sekolah secara fisik, mental dan emosional.
2.      Mencatat kehadiran siswa.
Data-data siswa yang ada di SMPN 8 Sarolangun tersimpan dalam arsip data administrasi sekolah. Data-data yang terkait dengan kesiswaan ini dimuat dalam :
a.       Buku Induk.
Siswa baru yang telah diterima dan telah mengikuti masa orientasi sekolah, dicatat datanya dalam sebuah buku induk. Buku induk disebut juga buku pokok atau stambuk. Buku induk berisikan catatan siswa dimulai dengan nomor induk sampai siswa lulus dari sebuah sekolah.
b.      Daftar hadir.
Daftar hadir berisi tentang frekuensi kehadiran siswa sehingga dapat diketahui dengan baik keaktifannya datang ke sekolah. Daftar hadir ini berupa buku yang ditujukan khusus untuk wali kelas dan guru bidang studi. Setiap wali kelas dan guru bidang studi diberikan buku hadir atau absen siswa pada saat tahun ajaran baru dimulai.
c.       Klapper.
Klapper merupakan buku yang berisi data siswa yang disusun berdasarkan urutan abjad nama siswa. Klapper digunakan untuk mempermudah pencarian data siswa jika sewaktu-waktu diperlukan.
d.      Buku agenda kelas.
Buku agenda kelas dimiliki oleh tiap-tiap kelas. Buku agenda kelas berisikan catatan kegiatan harian pembelajaran siswa di kelas yang berisikan nama guru yang mengajar, materi yang diajarkan, dan nama siswa yang tidak hadir atau datang mengikuti pembelajaran pada saat itu.
e.       Daftar Mutasi siswa.
Selanjutnya bagi siswa yang masuk dan keluar sekolah dalam setiap bulan, semester atau satu tahun, datanya dimasukkan dalam daftar mutasi siswa. Oleh karena itu jumlah siswa dapat saja berubah karena siswa pindah, keluar dan lulus.
3.      Mencatat prestasi belajar dan kegiatan siswa
Catatan tentang prestasi belajar serta kegiatan yang diikuti siswa di  sekolah termuat dalam :
a.       Daftar nilai
Setiap guru bidang studi mempunyai daftar nilai yang berisi tentang hasil evaluasi atau tes untuk bidang studi tersebut. Dari daftar nilai ini diketahui kemajuan belajar peserta didik apakah telah dicapai ketuntasan belajarnya atau tidak. Pada akhirnya nilai tersebut akan dimasukkan ke dalam raport dengan perhitungan-perhitungan tertentu.

b.      Legger
Sebelum rapor disusun, nilai belajar siswa dimasukkan dalam sebuah legger. Legger merupakan kumpulan nilai dari seluruh bidang studi untuk siswa yang dikerjakan oleh wali kelas sebagai bahan pengisian raport. Legger ini dikeluarkan oleh sekolah setiap semester atau dua kali dalam setahun.
c.       Buku raport.
Siswa dilatih jiwa kepemimpinan dan sosialnya melalui wadah organisasi intra sekolah atau dikenal dengan sebutan OSIS. Selain OSIS, para siswa juga dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di luar jam belajar seperti pramuka, kesenian dan olahraga. Setiap kegiatan ini dibimbing oleh seorang pembina yang dipersiapkan untuk melatih siswa dalam berorganisasi. Kegiatan yang diikuti siswa dicatat dan dimasukkan dalam raport siswa sebagai laporan kemajuan belajar dan aktivitas siswa di sekolah. Buku raport adalah alat untuk melaporkan prestasi belajar siswa kepada orang tua/wali murid yang memuat data tentang kehadiran, tingkah laku siswa, yang diberikan setiap akhir semester.
4.      Membina disiplin siswa
Para siswa SMPN 8 sarolangun berupaya dibina disiplinnya dengan kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah. Salah satunya adalah disiplin berpakaian, disiplin datang ke sekolah, dan lainnya. Bagi siswa yang melanggar disiplin sekolah, maka pihak sekolah akan mencatat kasus siswa tersebut ke dalam buku kasus siswa. Buku ini berisikan daftar siswa yang mengalami kasus pelanggaran tata tertib sekolah dan dilengkapi dengan sanksi dan tindakan penanganan selanjutanya agar tidak terulang kembali.
5.      Pengelolaan siswa yang telah tamat belajar (lulusan)
Kegiatan akhir dari manajemen kesiswaan di sekolah adalah mengelola lulusan. Lulusan adalah para siswa yang telah dinyatakan selesai menempuh pendidikannya di SMPN 8 Sarolangun. Siswa yang telah menjalani seluruh program pendidikan dan dinyatakan lulus akan diberikan ijazah. Adapun output yang diharapkan dari SMPN 8 Sarolangun ini adalah mereka yang mampu melanjutkan pendidikannya ke sekolah-sekolah Negeri yang ada di Kabupaten Sarolangun, maupun tempat lainnya. Pengelolaan lulusan ini juga untuk melihat distribusi siswa yang melanjutkan pendidikannya ke Sekolah yang lebih tinggi, apakah ke SMA, SMK, atau Sekolah lain yang sederajat. 

syukur nikmat.

Sungguh banyak nikmat yang Tuhan yang diberikan kepada kita. Hanya saja seringkali kurang mensyukurinya. Nikmat Tuhan yang begitu nikmat seringkali baru terasa keberadaannya ketika hal itu hilang dari dalam diri kita. ketika kita nikmat makan karena gigi kita masih bagus, seringkali bahkan lupa membaca basmalah. ketika gigi sudah mulai ompong terasalah begitu besar nikmat Tuhan. itu baru dengan gigi, belum yang lainnya. begitupun halnya dengan alam ini, sumber daya alam Indonesia berlimpah ruah. maka tak salah kalau koesplus menyatakan bahwa tanah Indonesia adalah tanah surga, dimana tongkat kayu dapat menjadi tanaman. namun, manusia suka lupa memelihara dan mensyukurinya...

Rabu, 15 Juni 2011

Kecerdasan Emosional


Selama ini masyarakat menganggap bahwa kecerdasan Intelektual adalah kecerdasan yang mendukung kesuksesan seseorang dan sebagai satu-satunya kecerdasan yang ada. Seorang Psikolog Harvard, Dr. Howard Gardner mempersoalkan pengertian kecerdasan yang diyakini masyarakat tersebut. Menurut Amstrong dalam Yatim Riyanto, Gardner mengungkapkan bahwa Penafsiran Kecerdasan di Kebudayaan manusia terlalu sempit.[1]
Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia, kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang. [2]
Sedangkan hakikat emosi secara harfiah menurut Oxford English Dictionary dalam Yatim Riyanto sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat atau meluap - luap. [3]
Emosi menurut Goleman dalam Yatim Riyanto merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. [4]
Konsep kecerdasan Emosional dikemukakan oleh Daniel Goleman. Konsep ini muncul dari beberapa pengalaman, bahwa kecerdasan intelektual yang tinggi saja tidak cukup untuk mengantarkan orang menuju sukses. Pengalaman-pengalaman tersebut memperkuat keyakinan bahwa disamping kecerdasan intelektual juga ada kecerdasan emosional. Kecerdasan intelektual hanya mendukung sekitar 20% faktor-faktor yang menentukan keberhasilan, 80% sisanya berasal dari faktor lain, termasuk kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional (EQ) menurut Daniel Goleman dalam Ichwan Ishak adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berfikir jernih, berempati, dan berdoa. [5]
Menurut Patricia Patton dalam Yatim Riyanto menyatakan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan individu dalam menggunakan (mengelola) emosinya secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan meraih keberhasilan (di tempat kerja).[6] Hal senada diungkapkan oleh Jarot Wijanarko bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang untuk menguasai emosinya, berkomunikasi dengan diri sendiri serta berkomunikasi dengan orang lain dan lingkungan.[7]
Jarot Wijanarko membagi kecerdasan emosi menjadi dua yaitu intra personal intelligence dan Inter Personal Intelligence. Intra personal Intelligence adalah kemampuan seseorang berkomunikasi dan memandang diri sendiri, serta kemampuan seseorang mengendalikan dirinya. Sedangkan Inter Personal Intelligence merupakan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain , yaitu kemampuan untu mengerti orang lain (empati) dan memberikan respons (simpati) kepada orang lain. [8]
Orang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi adalah mereka yang mampu mengendalikan diri (mengendalikan gejolak emosi), memelihara dan memacu motivasi untuk terus berupaya dan tidak mudah menyerah atau putus asa, mampu mengendalikan dan mengatasi stress, mampu menerima kenyataan, dapat merasakan kesenangan meskipun dalam kesulitan.
Menurut Goleman dalam Iskandar terdapat lima domain kecerdasan pribadi dalam bentuk kecerdasan emosional, yaitu : 1) Kemampuan mengenali emosi diri ; 2) Kemampuan mengelola emosi; 3) Kemampuan memotivasi diri ; 4) Kemampuan mengenali emosi orang lain, dan ;5) Kemampuan membina hubungan sosial.[9]
            Beberapa ahli psikologi menyatakan bahwa kualitas-kualitas emosional yang penting dalam kehidupan , antara lain :
1.      Empati
2.      Mengungkapkan dan memahami perasaan
3.      Mengendalikan amarah
4.      Kemandirian
5.      Kemampuan menyesuaikan diri
6.      Disukai
7.      Kemampuan memecahkan masalah antarpribadi
8.      Ketekunan
9.      Kesetiakawanan
10.  Keramahan
11.  Sikap hormat[10]

Dari faktor-faktor kecerdasan emosional tersebut, kesemuanya dapat diasah melalui pengenalan dan pendidikan mengenai moralitas dan kepedulian sosial, bagaimana mereka dapat membedakan baik dan buruk, bertanggung jawab, mengendalikan diri serta mencari solusi pada suatu konflik dengan otak yang jernih dan hati yang tenang serta memiliki rasa malu atau takut untuk berbuat kasar, jahat dan hal-hal buruk lainnya.
Dalam Islam sebagai agama Rahmatan Lil Alamin, sesungguhnya konsep dan ciri-ciri kecerdasan emosi telah tercantum dalam Al-Qur’an jauh sebelum Daniel Goleman mengungkapkannya. Seperti halnya dalam surat Ali Imran :134 :
Artinya :“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) , baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. [11]

     Salah satu contoh kecerdasan emosional adalah kesabaran yang mampu menyelesaikan dan menghindari konflik yang terjadi dengan cara yang damai dan baik. Hal inipun telah diungkapkan dalam AlQur’an surat Fushilat ayat 34-35, yaitu :
Artinya : “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar”.[12]


                [1] Yatim Riyanto,  Op. cit, hlm. 240
                [2] Linda Campbel, dkk, ,  Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta : Intuisi Press, 2004, hlm 2
[3] Yatim Riyanto, Op.cit, hlm. 256
[4] Yatim Riyanto, Op.cit, hlm. 256
                [5] Ichwan Ishak, Berlian Pribadi Sukses, Jakarta : Grafindo, 2007, hllm. 133
[6] Yatim Riyanto. Op.cit, hlm. 257
[7] Jarot Wijanarko, Anak Cerdas Ceria Berakhlak Multiple Intellegence, Jakarta : IFA, 2006, hlm. 38
[8] Ibid
[9] Iskandar, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Gaung Persada Press, 2009
[10] Ibid, hlm.134
                 [11] Anonim, AlQurán dan Terjemahannya, Jakarta : Departemen Agama, hlm.
                [12] Ibid, hlm.